Selasa, 23 November 2010

Disfungsi Agama di Kalangan Remaja dan Hegemoni Materialistik

Remaja adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang untuk menjadi dewasa di kemudian hari, yang diharapkan menjadi investasi bagi orangtua dan masyarakat dan Negara di masa mendatang. Oleh karenanya ia harus dipersiapkan secara benar dan serius dengan cara mengarahkan, membentuk dan mengembangkan potensi intelektual dan kepribadiannya melalui rasio, moral dan relijius. Sehingga, kelak di kemudian hari tidak menjadi ‘bencana’ bagi dirinya dan ‘musibah’ bagi banyak pihak.

Diskriminasi dan tak acuh terhadap nilai-nilai agama cenderung tidak berefek positif bagi kehidupan keluarga dan sosialnya, karena mengalami disfungsi agama. Karena agama hanya dilihat sebagai sesuatu yang sakral-teologis tidak bersentuhan dengan dunia empirik yang profan-sosiologis Akibatnya, kedua wilayah ini tidak pernah berkomunikasi secara intim dan berjalan sendiri-sendiri tanpa harmonisasi.

Senin, 22 November 2010

William James Mencandra Relasi Manusia dan Agama

William James dilahirkan di New York pada tanggal 11 Januari 1842 dan dibesarkan dalam suatu keluarga cendekiawan yang sejak lama menaruh perhatian pada agama dan hal-hal yang bersifat keruhanian. 

Kakeknya, William James pula namanya, adalah seorang imigran asal Irlandia yang berkat kerja kerasnya berhasil membangun usaha di Amerika Serikat sehingga keluarganya hidup berkecukupan. Kakeknya  adalah penganut agama Presbystarian, suatu aliran garis keras dalam agama Nasrani yang cenderung serba formal dalam menerapkan asas-asas keagamaan kepada jemaahnya.

Masih Butuhkah Kita Pada Agama?

Masih butuhkah kita pada agama? Pertanyaan semacam ini berkabar keprihatinan dan letih akan carut marut yang terjadi dalam relasi antar umat beragama. Keberimanan kita disakiti sedemikian rupa dengan keadaan sosial-budaya yang diperlihatkan oleh antar umat beragama yang seringkali tak bersahabat.

Konflik-konflik horizontal semakin meruncing dan saling menajamkan diri di tengah masyarakat dengan atas nama agama. Keberbincangan kebenaran, keadilan, kekafiran dan sebagainya menjadi ruang pengadilan dengan membawa bendera agama tertentu. Agama seringkali tampil sebagai cambuk dan bumbu konflik yang terjadi untuk memenuhi hasrat nafsiyah dirinya sebagai manusia yang angkuh dan tak tahu diri. Mereka lupa bahwa agama memiliki dimensi yang tak dapat kita lupakan begitu saja.

Berjumpa Tuhan dalam Segala

Almarhum Tamin, legenda ludruk dari Malang, Jawa Timur, adalah pelawak yang hidupnya total didedikasikan untuk panggung kesenian.Ironisnya, Tamin tidak punya pakaian kecuali yang melekat di tubuhnya.

Petualangan Tamin dalam kemiskinan merupakan lawakan nyata yang sungguh surealis. Ia sering berendam lama di Kali Berantas menunggu kering satu-satunya jemuran yang baru dicuci. Di sungai ini pula
hidung Tamin yang busuk tanggal diterjang air terjun. Pelawak dengan hidung growong ini walau menderita hidupnya bermartabat.

Ketika Agama Tak Lagi Mendamaikan: Relasi Manusia dan Agama Menurut William James

Religion was existed along human intendence in the world. Initially, religion have extending expectation for human being with good order and ruthless of soul. But, holy message of God by religion was miss understood by many believer. 

Happened war of religion between that follower. Tragedy in Jaza Strip are example on this problem. Israel say Palestine earth is mine, based on Old Treastment ini Bible. In this article, I will explain about human and religion relationship with William James perspective. James is a part of pragmatism tradition notable exspecially with pragmatical faith. I hope all of reader can a clearly about problem of holy war which was happen in the world exspecially on today.

In Momariam Joachim Wach: Lokomotif Studi Agama-agama

Saat umat islam menjalankan shaum ketujuh belas; pesitiwa Nuzulul Quran, perang Badr dan kemerdekaan Republik Indonesia yang bertepatan dengan tanggal 27 Agustus 2010. Para pegiat studi agama-agama tengah memperingati kematian (haul) Joachim Wach yang ke 55 (27 Agustus 1955).

Betapa tidak, membicarakan disiplin ilmu sejarah agama harus dibedakan dengan filsafat agama. Metode religo-ilmiah (Religionswissenschaft) menjadi titik awal perbedaan penyelidikannya.

Pemikiran William James Tentang Agama

A. Sketsa Kehidupan William James
William James dilahirkan di New York pada tanggal 11 Januari 1842 dan dibesarkan dalam suatu keluarga yang gemar berdiskusi mengenai berbagai masalah, terutama yang mendorong pemikiran bebas. Ayahnya, Henry James adalah seorang pemikir orisinil. 

Ia telah membina putranya dengan penuh perhatian dan memberikan bekal berbagai pengetahuan. Sejak kecil, William James telah menziarahi banyak negara Eropa dengan berbagai lembaga pendidikannya, baik yang terdapat di Inggris, Swiss, Perancis, maupun yang ada di Jerman. William James telah memulai kegiatan akademiknya di Harvard dengan mempelajari ilmu kedokteran. Kemudian, ia mempelajari fisika, psikologi dan filsafat. Tentu saja ketika itu William James masih berada di bawah pengaruh langsung pemikir-pemikir Universitas Harvard.

Rabu, 10 November 2010

Tipologi Sikap Beragama

Komarudin Hidayat menyebutkan adanya lima tipologi sikap keberagamaan, yakni “eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan universalisme”.

Kelima tipologi ini tidak berarti masing-masing lepas dan terputus dari yang lain dan tidak pula permanen, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kecenderungan menonjol, mengingat setiap agama maupun sikap keberagamaan senantiasa memiliki potensi untuk melahirkan kelima sikap di atas.[1]

Ninian Smart; Dimensi-Dimensi Agama

Berdasarkan defenisi atau pemahaman agama sebagaimana yang pernah kita dengar, maka kita dapat membahas agama pada dua perspektif, yaitu agama menurut dirinya dan agama menurut pemeluknya.

Kalau memakai bahasa Immanuel Kant agama menurut dirinya itu adalah das ding an sich, adalah agama yang objektif atau agama yang hanya dapat dipahami menurut dirinya. Karena itu, tidak bisa mengukurnya berdasarkan ukuran kita. Agama yang das ding an sich itu tidak mungkin bisa dimengerti keseluruhannya, sebab kita hanya selalu di luar. Inilah yang menjadi dasar dari cara memahami agama atau dalam kajian studi agama.

Senin, 01 November 2010

Oleh-oleh Kuliah S2 Minggu Pertama

Seorang guru besar bergelar Profesor doktor dengan enteng menjawab saat kami ingatkan bahwa saat ini adalah waktunya dia mengajar. "Santai saja lah, nggak usah terlalu semangat" katanya. Saya kemudian bertanya lagi, "jadi jam berapa bapak bisa masuk"? Diapun menjawab, "nanti jam 12 siang," jawabnya. Dan saat jam 12 siang tiba, seorang kawan mahasiswa yang dipercaya menyusul guru besar itu mengabarkan bahwa, pak Profesor tak bisa masuk, dia mengaku cape baru selesai menguji tesis, Rabu (29/9).

Sehari sebelumnya, Selasa (28/9) seorang yang juga bertitel guru besar bergelar profesor Doktor...dengan santai pula menyatakan tak bisa mengajar karena ada rapat dengan MUI di Jakarta. Saat dihubungi lewat telepon selularnya, dia berjanji akan masuk besok, (hari ini Rabu, jam 10. Ujung-ujungnya, guru besar ini juga tak masuk tanpa alasan yang jelas. (Mun keur SD mah teu asup tanpa alasan yang jelas teh sok ditulis di na bor ALFA)

Welcome

Selamat Datang di Blog Forum Mahasiswa Religious Studies Pascasarjana UIN SGD Bandung. Semoga bermanfaat.